Secara umum, para dokter percaya bahwa media sosial adalah alat yang membantu untuk berkolaborasI / bersosialisasi. Tetapi untuk pria dibandingkan wanita lebih profesional dalam manfaat fungsi sosial media tertentu dari menggunakannya, sebuah survei menunjukkan.
“Menggunakan media sosial bisa menjadi cara untuk mengatasi beberapa perbedaan struktural dan sistemik yang ada untuk mencoba dan memperkuat suara-suara yang paling dibutuhkan tetapi sering kurang terwakili,” Shikha Jain, MD, FACP, asisten profesor kedokteran di divisi hematologi, onkologi dan terapi sel di University of Illinois Cancer Center di Chicago, mengatakan kepada Healio Primary Care.
Para peneliti melakukan survei di Twitter antara Februari dan Maret 2019 untuk menentukan bagaimana penggunaan media sosial berbeda di antara dokter berdasarkan jenis kelamin dan bagaimana karier mereka mendapat manfaat darinya. Sebanyak 577 dokter – 321 di antaranya wanita menanggapi survei tersebut.
Artikle Menarik Lainnya ↓
https://www.zoukstore.com/pengguna-facebook-tertangkap-usai-menghina-brimob-yang-gugur/
Jain, yang juga Anggota Dewan Editorial HemOnc Today dan pembawa acara podcast Oncology Overdrive, mengatakan temuan itu sedikit mengejutkan dan mengkhawatirkan.
Pria Menjadikan Media Sosial Sebagai Jaringan Profesional
Namun, dibandingkan dengan wanita, dokter cenderung melaporkan bahwa penggunaan media sosial memperluas portofolio penelitian pria. atau menghasilkan keterlibatan berbicara. Dilaporkan bahwa baik pria maupun wanita menggunakan media sosial untuk membangun jaringan profesional mereka (69% vs. 67%) dan setuju bahwa penggunaan media sosial meningkatkan kolaborasi dengan individu di dalam (70% vs. 68%) dan di luar spesialisasi mereka (59% vs. 56%) dan di luar institusi mereka (65% vs. 63%).
Waktu yang dihabiskan di media sosial biasanya dilakukan di ‘waktu luang’ dan kurang dihargai dan tidak terkompensasi. Mirip dengan banyak pekerjaan kesetaraan yang dilakukan wanita di bidang kedokteran. Jika kita ingin memastikan bahwa kita memajukan keragaman, kesetaraan, dan inklusi baik dalam kehidupan nyata maupun di ruang digital, perlu diingat untuk menerapkan intensionalitas yang sama ketika terlibat dalam dunia digital.
Jain mendorong dokter untuk belajar tentang organisasi seperti Women of Impact dan Dear Pandemic. Acara seperti Women in Medicine Summit, yang semuanya memberikan contoh bagaimana menerapkan lensa kesetaraan untuk keterlibatan kami di media sosial.